Pages

Saturday, January 19, 2013

(Tidak) Enaknya Jadi Mahasiswa

Mahasiswa ~ apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar kata "mahasiswa"?
Sekedar sharing, kebanyakan orang akan menganggap "mahasiswa" adalah orang pintar --dalam kasus ini, makna sebenarnya-- orang terdidik, punya ilmu sekaligus gengsi yang tinggi apalagi kalau kuliah di perguruan tinggi ternama. Bisa naik lah harkat dan martabat sang Mahasiswa beserta segenap keluarganya.
Oke, status saya sekarang ini (masih) mahasiswi. Dari sudut pandang saya, "mahasiswa" sebenarnya cuma istilah. Toh masih tetap ada mahasiswa yang tidak pintar, tidak terdidik (maaf) dan hanya mencari "tempat" buat numpang tenar. Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada narasumber nya langsung (baca : mahasiswa-mahasiswa tukang nitip absen). Tidak banyak memang, tapi ada lah. Dan bakal selalu ada, abadi selamanya.
Bercermin dari postingan saya untuk kali ini, jadi seorang mahasiswi itu ada untung dan ruginya, bahkan terkadang terjepit diantara wilayah keduanya. Terkadang saya bingung sama sikap dosen-dosen yang seenaknya. Maksud seenaknya disini adalah, seenaknya datang (baca: terlambat), seenaknya ngasih tugas, seenaknya ngatain mahasiswanya, seenaknya memperlakukan mahasiswanya. Mereka --dosen-- adalah orang-orang yang sedikit banyak diidolakan oleh mahasiswanya. Dianggap sangat inspiratif atau terkadang motivatif. Bahkan bukan tidak mungkin, setiap mahasiswa punya dosen idola masing-masing, apapun alasannya.
Yang jadi masalah adalah ketika (oknum) dosen memperlakukan mahasiswanya dengan semena-mena. Pengalaman ini saya alami pada hari kamis 22 November 2012. Hari sebelumnya, saya tidak ikut UTS di salah satu mata kuliah yang beliau ajar. Kamis pagi, saya bilang kenapa saya tidak ikut dan menolak untuk ujian susulan hari itu, saya luar biasa berharap sang dosen memberi kelonggaran bagi saya karena saya memberi alasan yang jelas. Dengan seenaknya, beliau tersenyum dan meminta saya untuk (mau tidak mau) hadir jam 12.30 untuk ujian susulan. Juju, masalah utamanya bukan sudah belajar atau belum ketika mau ujian, tapi cara beliau menanggapi alasan yang saya utarakan. Hanya tersenyum lalu kembali membaca halaman berita di iPad-nya. Buat saya, itu sebuah tindakan yang sangat merendahkan. Dari gerak-geriknya, tersirat rasa ketidakpercayaan. Dalam hati, saya berkata "memangnya situ siapa? hanya seorang manusia yang terlahir lebih dulu dari saya dan berlaku seperti seseorang yang jauh lebih pintar dari orang lain". Meskipun saya tahu, setiap hari, setiap masuk kelas, gesturenya selalu seperti itu. Terlebih ketika ujian susulan. Menurut saya, beliau memperlakukan mahasiswanya secara tidak adil. Tau kan gimana seorang dosen bertingkah pada mahasiswa yang pintar dan aktif? Saya memang bukan mahasiswi dengan pengetahuan selangit, tidak selalu tunjuk tangan untuk menjawab setiap pertanyaan yang dosen ajukan, bukan mahasiswi kritis yang selalu memberika kritik atau gagasan terhadap topik tertentu. Tapi ketika perlakuan tidak adil itu saya terima, saya juga merasa sakit hati. Se-tidak-berguna kah saya di mata Sang dosen? Padahal beliau dulu adalah seorang dosen yang saya kagumi. Orang cerdas yang menanggapi segala hal secara positif.
Semoga beliau diberi petunjuk oleh Tuhan YME agar bisa menjadi lebih baik lagi. Amiin!
*tulisan diatas dibuat bukan untuk memperolok pihak-pihak tertentu, tetapi sebagai sara saya untuk menuangkan pikiran dan isi hati. Bila ada pihak yang merasa terganggu, tersinggung atau terusik karena tulisan diatas, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Bila perlu, silakan hubungi saya untuk menghapus tulisan ini agar tidak bisa diakses lagi dan tidak menimbulkan masalah yang berkepanjangan. Wass.

No comments:

Post a Comment